Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam. Berkat limpahan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok membuat makalah manajemen. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Ratna Dwi Jayanti, SE, MM selaku dosen pembimbing, yang
telah membantu kami dalam penyusunan tugas kelompok kami ini.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
agar para pembaca dapat memahami konsep dari “Struktur dan Desain
Organisasi”.Dalam penyusunan tugas makalah ini, penulis telah menghadapi
berbagai hambatan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun dari luar. Untuk
itu penulis menghanturkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang mendukung,
agar kami bisa memperbaiki kesalahan dan khilaf kami.
Jombang,
15 Desember 2012
Penulis
Daftar
Isi
Halaman Judul..................................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan
masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan
penulisan............................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
Merancang Struktur
Organisasi.....................................................................................3
2.1.1 Spesialisasi
kerja........................................................................................................4
2.1.2
Departementalisasi.....................................................................................................4
2.1.3
Rantai Komando........................................................................................................4
2.1.4
Rentang
Pengendalian................................................................................................5
2.1.5
Sentralisasi dan Desentralisasi....................................................................................6
2.1.6
Formalisasi..................................................................................................................6
2.2
Struktur Mekanisyik dan Organik.................................................................................7
2.2.1
Dua Model Desain
Organisasi....................................................................................7
2.2.2
Faktor-faktor Kontinjensi...........................................................................................8
2.3
Desain Organisasi yang
Umum.....................................................................................9
2.3.1
Desain Organisasi
Tradisional....................................................................................9
2.3.2
Desain Organisasi
Kontemporer...............................................................................10
2.3.3
Tantangan Desain Organisasi Masa Kini..................................................................11
BAB III : PENUTUP
3.1
Simpulan......................................................................................................................13
Daftar Pustaka................................................................................................................................14
Lampiran........................................................................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengorganisasian
merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang
meliputinya. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur
formal mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di
antara para anggota organisasi agar tujuann organisasi dapat dicapai dengan
efisien.
Struktur
organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekansime formal dengan mana
organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan
perwujudan pola tetap hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau
posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, weweanang dan tanggung jawab yang berbeda
dalalm suatu organisasi. Adapun faktor-fakor utama yang menentukan perancangan
struktur organisasi adalah :
1.
Strategi organisasi untuk mencapai
tujuannya
2.
Teknologi yang di gunakan
3.
Anggota atau orang-orang yan terlibat
dalam organisasi
4.
Ukuran organisasi
Desain organisai dinyatakan sebagai
proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajer untuk memilih struktur
organisasi yang sesuai dengan strategi untuk organisasi dann lingkungan tempat
anggota organisasi melaksanakan strategi tersebut. Desain organisasi menuntut
manajer untuk melihat secara berssamaan ke dalam organisasi dan keluar
organisasi.
Dalam pengembangan desain organisasi ada
dua hal yang penting, pertama adalah perubahan strategi dan lingkungan
berlangsung dengan berlalunya waktu, desain organisasi merupakan proses yang
berkelanjutan. Kedua, perubahan dalam struktur termasuk mencoba dan kemungkinan
berbuat salah dalam rangka menyusun desain organisasi. Manajer hendaknya
memandang desain organisasi sebagai pemecahan masalah dan mengikuti tujuan
organisasi dengan gaya situasional atau kontingensi, yaitu struktur yang ada di
desain untuk menyesuaiakan keadaan organisasi atau sub unitnya yang unik.
Torben
Ballegaard Sorensen memahami pentingnya struktur dan desain organisasi. Pendekatannya
dalam memberdayakan para perancang kontrak yang digunakan perusahaannya untuk
menciptakan produk-produk inovatif memang beresiko. Akan tetapi, sepertinya ini
berhasil. Meskipun pendekatan struktural seperti ini mungkin saja tidak bisa
berhasil di perusahaan lain, hal ini menggambarkan betapa pentingnya merancang
struktur organisasi yang membantu pencapaian sasaran organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi struktur dan desain
organisasi?
2.
Bagaimana cara merancang struktur
organisasi?
3.
Apa elemen-elemen yang ada dalam desain
organisasi?
4.
Apa faktor-faktor kontinjensi yang
mendukung model mekanistik atau model organik dari desain organisasi?
5.
Apa perbedaan desain organisasi
tradisional dengan desain organisasi kontemporer?
6.
Apa tantangan-tantangan desain
organisasi yang dihadapi para manajer?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mendefinisikan
pngertian struktur dan desain organisasi.
2. Menggambarkan
cara merancang struktur organisasi.
3. Menggambarkan
elemen-elemen yang ada dalam desain organisasi.
4. Mengidentifikasikan
faktor-faktor kontinjensi yang mendukung model mekanistik atau model organik
dari desain organisasi.
5. Membandingkan
desain organisasi tradisional dengan desain organisasi kontemporer.
6. Membahas
berbagai tantangan-tantangan desain organisasi yang kini dihadapi para manajer.
BAB
II
PEMBAHASAN
STRUKTUR
dan DESAIN ORGANISASI
2.1
MERANCANG STRUKTUR ORGANISASI
Hanya
ada segelintir topik dalam ilmu manajemen yang telah mengalami begitu banyak
perubahan dewasa ini seperti pegorganisasian dan struktur organisasi. Para
manajer mengevaluasi kembali pendekatan tradisional untuk mencari desain
struktur yang baru yang bisa mendukung dan memfasilitasi penyelesaian tugas
perusahaan olehkaryawan, desain yang bisa menghasilkan efisiensi namun juga
fleksibel. Struktur organisasi
merupakan susunan tugas-tugas formal di dalam suatu organisasi. Struktur ini,
yang ditinjukkan secara visual dalam sebuah bagan organisasi, juga menjadi
beragam tujuan.
Tujuan Pengorganisasian
Ø Membagi
pekerjaan ke dalam tugas-tugas dan departemen yang spesifik.
Ø Menugaskan
pekerjaan dan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaan individu.
Ø Mengoordinasikan
beragam tugas organisasi.
Ø Menghimpun
berbagai pekerjaan ke dalam unit-unit.
Ø Menjalin
hubungan diantara individu, kelompok, dan departemen.
Ø Membuat
hierarki wewenang yang formal.
Ø Mengalokasikan
dan menempatkan sumber-sumber daya organisasi.
Saat manajer
menciptakan atau mengubah struktur, mereka terlibat dalam desain (perancangan)
organisasi, proses yang melibatkan keputusan-keputusan yang mencakup enam
elemen: spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi, desentralisasi, dan formalisasi.
2.1.1
SPESIALISASI KERJA
Spesialisasi
kerja, membagi kegiatan pekerjaan kedalam tugas-tugas
yang terpisah. Pekerja individu berspesialisasi dalam melakukan satu bagian
aktivitas pekerjaan alih-alih keseluruhan aktivitas pekerjaan agar output
kerjanya bertambah. Kegiatan ini juga dikenal dengan pembagian kerja (division labour).
Sudut
Pandang Sekarang. Kebanyakan manajer kini memandang
spesialisasi kerja sebagai mekanisme pengorganisasian yang penting karena hal
ini membantu pekerja lebih efisien. Sebagai contoh, McDonald’s menggunakan
spesialisasi kerja yang tinggi agar produknya bisa dibuat dan dihantarkan
kepada pelanggan secara efisien. Akan tetapi, apabila terlampau ekstrim,
spesialisasi kerja bisa menimbulkan berbagai masalah, seperti kebosanan, stres,
kualitas buruk, absen yang bertambah, kinerja yang menurun, dan meningkatnya
perputran pekerja.
2.1.2
DEPARTEMENTALISASI
Memutuskan tugas
pekerjaan apa yang akan dikerjakan oleh siapa, kegiatan pekerjaan bersama harus
dihimpun kembali sehingga berbagai pekerjaan yang terpisah bisa dikoordinasikan
dan diintegrasikan. Cara pekerjaan-pekerjaan tersebut dihimpun inilah yang disebut
dengan departementalisasi. Pada
dasarnya, ada lima bentuk umum departementalisasi: departementalisasi
fungsional, departementalisasi geografis, departementalisasi produk,
departementalisasi proses, departementalisasi konsumen. Organisasi besar
biasanya mengombinasikan sebagian besar atau keseluruhan dari kelima bentuk
departementalisasi tersebut.
Sudut
Pandang Sekarang. Salh satu tren departementalisasi yang
terkenal adalah maraknya departementalisasi konsumen. Karena mendapatkan dan
menjaga loyalitas pelanggan adalah kunci utama kesuksesan, pendekatan ini
bekerja baik karena berfokus pada pengawasan dan tanggapan akan perubahan
kebutuhan konsumen. Teren yang terkenal lainnya adalah tim lintas-fungsional, dimana tim kerja terdiri dari berbagai spesialis
fungsional.
2.1.3
RANTAI KOMANDO
Rantai
komando merupakan hierarki wewenang dari tingkat organisasi
yang tinggi hingga ke yang rendah, yang menegaskan siapa melapor ke siapa.
Manajer perlu mempertimbangkan hal ini ketika melakukan pengorganisasian karena
hal ini membantu pekerja dalam menjawab pertanyaan seperti “kepada siapa saya
harus melapor?” dan “siapa yang harus saya hubungi ketika saya mendapat
masalah?”. Rantai komando memiliki tiga konsep, antara lain: wewenang, tanggung
jawab, dan kesatuan komando. Wewenang
(authority) merujuk pada hak mutlak dalam posisi manajerial untuk memerintahkan
apayang harus dilakukan stafnya dan mengharapkan mereka melakukannya. Tanggung jawab, kewajiban atau
ekspektasi untuk melakukan suatu tugas. Kesatuan
komando, prinsip manajemen yang menegaskan bahwa setiap orang seharusnya
hanya melapor pada satu orang manajer saja. Tanpa adanya satu kesatuan komando,
tuntutan yang saling tumpang tindih dari beberapa bos dapat memunculkan
masalah.
Sudut
Pandang Sekarang. Meskipun para ahli teori manajemen
awal (Fayol, Weber, Taylor, dan lainnya) percaya bahwa rantai komando,
wewenang, tanggung jawab, dan kesatuan komando sangat penting, zaman telah
berubah, dan konsep-konsep tersebut menjadi kurang dipandang dewasa ini.
2.1.4
RENTANG PENGENDALIAN
Rentang pengendalian,
jumlah pekerja yang bisa dikelola oleh seorang manajer secara efektif dan
efisien. Pandangan tradisional menganggap bahwa manajer tidak bisa, dan
seharusnya tidak secara langsung mengawasi lebih dari lima atau enam bawahan.
Menentukan rentang pengendalian itu
penting karena pada taraf yang lebih luas, hal ini menentukan jumlah tingkatan
dan manajer dalam suatu organisasi, yang merupakan pertimbangan penting dalam
mengukur seefisien apa suatu organisasi tersebut. Rentang yang lebih luas itu
lebih efisien dari sisi biaya. Namun, dalam hal tertentu, rentang yang lebih
luas akan mengurangi efektivitas apabila kinerja pekerja memburuk karena manajer
tidak memiliki waktu untuk mengarahkan.
Sudut
Pandang Sekarang. Perspektif kontemporer mengenai
rentang pengendalian kini mengakui bahwa tidak ada angka yang ajaib. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi manajer dalam mengatur jumlah
pekerjanya. Fektor-faktor ini meliputi kemampuan dan kepandaian manajer dan
pekerja, serta karakterstik tugas-tugas yang mereka kerjakan. Variabel
kontinjensi lainnya yang menentukan rentang yang tepat meliputi kesamaan dan
kompleksitas tugas-tugas yang diemban pekerja, kedekatan fisik terhadap
bawahan, taraf dimana prosedur terstandardisasi ditetapkan, kecanggihan sistem
informasi organisasi, kekuatan budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan yang
dianut manajer. Tren pada tahun-tahun belakangan ini cenderung mendekati
rentang pegendalian yang lebih besar, yang sejalan dengan upaya manajer untuk
mempercepat pengambilan keputusan, menambah fleksibilitas, lebih dekat dengan
konsumen, memberdayakan pekerja, dan mengurangi biaya. Manajer mulai menyadari
bahwa mereka bisa menangani rentang yang lebih luas saat pekerja mengetahui
dengan baik pekerjaannya mereka dan ketika para pekerja tersebut memahami
proses yang berlangsung dalam organisasi.
2.1.5
SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI
Sentralisasi merupakan
kadar dimana pengambilan keputusan dilangsungkan pada tingkat yang lebih tinggi
dalam organisasi. Jika manajer level atas memiliki keputusan utama dengan hanya
sedikit input dari level dibawahnya, maka organisasi ini lebih bersifat sentralistik.
Sebaliknya, apabila lebih banyak pekerja yang memberikan input atau bahkan
benar-benar mengambil keputusan, maka terjadi lebih banyak desentralisasi dalam
organisasi tersebut. Sentrlisasi-desentralisasi itu relatif, tidak mutlak,
dengan kata lain, suatu organisasi tidak pernah benar-benar tersentralisasi
atau terdesentralisasi.
Sudut
Pandang Sekarang. Ketika organisasi semakin fleksibel
dan responsif terhadap tren lingkungan
yang terjadi, terjadi pergeseran yang kentara terhadap pengambilan keputusan
terdesentralisasi. Hal ini disebut juga dengan pemberdayaan pekerja, yaitu memberikan pekerja wewenang (kuasa)
yang lebih besar untuk membuat keputusan. Di perusahaan besar, manajer level
rendah lebih “dekat dengan tindakan” dan biasanya memiliki gagasan solusi yang
lebih baik ketimbang manajer top.
2.1.6
FORMALISASI
Definisi formalisasi adalah sestandar apakah
pekerjaan-pekerjaan organisasi dan taraf di mana perilaku pekerja dipandu oleh
beragam aturan dan prosedur. Organisasi yang terformalisasi, terdapat deskripsi
pekerjaan yang eksplisit, sarat dengan aturan organisasi, dan secara jelas
menggambarkan prosedur yang terkait dengan proses kerja. Pekerja hanya memiliki
sedikit keleluasaan atas apa yang dikerjakannya, kapan diselesaikan, dan
bagaimana pekerjaannya. Akan tetapi, apabila formalisasinya lebih rendah, para
pekerja memiliki keleluasaan lebih atas pekerjaan mereka.
Sudut
Pandang Sekarang. Meskipun formalisasi diperlukan untuk
mencapai konsistensi dan pengendalian, banyak organisasi yang kini tidak
terlalu mengandalkan aturan dan standardisasi ketat dalam memandu dan mengatur
perilaku pekerja. Dengan banyaknya situasi dimana aturan-aturan yang ada bisa
terlalu membatasi, banyak organisasi telah memberikan para pekerjanya cukup
banyak keleluasaan, sehingga memberikan mereka wewenang untuk mengambil
keputusan yang dianggap terbaik dalam situasi tertentu.
2.2
STRUKTUR MEKANISTIK DAN ORGANIK
2.2.1
DUA MODEL DESAIN ORGANISASI
Organisasi
mekanistik merupakan struktur yang kaku, rentang pengendalian yang sempit,
formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas (biasanya komunikasi
arh-bawah), dan sedikitnya partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh para
pekerja level bawah. Struktur organisasi mekanistik menurut efisiensi dan
sangat bertumpu pada aturan, regulasi, tugas-tugas terstandardisasi, dan
pengendalian yang seragam.
Model desain organisasi lainnya adalah organisasi
organik, yaitu suatu struktur yang amat adaptif dan fleksibel. Organisasi
organik bisa jadi memiliki pekerjaan terspesialisasi, namun pekerjaan tersebut
tidak terstandardisasi dan bisa berubah sesuai kebutuhan. Para pekerja sangat
terlatih dan diberdayakan untuk menangani beragam permasalahan dan aktifitas,
dan mereka hanya membutuhkan aturan formal yang minim serta sedikit pengawasan
langsung.
Mekanistik
·
Spesialisasi tinggi
·
Departementalisasi kaku
·
Rantai komando jelas
·
Rantai kendali sempit
·
Sentralisasi
·
Formalisasi tinggi
Organik
·
Tim lintas-fungsional
·
Tim lintas-hierarkis
·
Informasi mengalir bebas
·
Rentang kendali yang luas
·
Desentralisasi
·
Formalisasi rendah
Kapankah struktur
mekanistik cocok diterapkan dan kapankah struktur organik lebih pas diterapkan?
Mari kita tinjau faktor-faktor kontinjensi utama yang mempengaruhi keputusan
ini.
2.2.2
FAKTOR- FAKTOR KONTINJENSI
Birokrasi yang tidak menentusudah tinggal sejarah. Yang
ada sekarang adalah organisasi gesit yang membereskan semua masalah. “Manajer
puncak biasanya berpikir keras untuk mengdesain suatu struktur yang layak.
Struktur ini bergantung pada empat variabel kontinjensi: strategi, ukuran,
teknologi dan ketidakpastian lingkungan dari suatu organisasi.
Strategi
dan Struktur. Struktur organisasi seharusnya
memfasilitasi pencapaian sasaran organisasi. Karena sasaran organisasi
merupakan bagian penting dari strategi perusahaan, sangat logislah apabila
strategi dan struktur saling terkait. Alfred Chandler menyimpulkan bahwa
perubahan dalam strategi perusahaan menghasilkan perubahan dalam struktur
organisasi yang mendukung strateginya. Fleksibilitas dan aliran bebas informasi
dari struktur organik bekerja baik ketika suatu organisasi ingin mewujudkan
inovasi yang unik dan bermanfat. Organisasi mekanistik, dengan efisiensinya,
stabilitasnya, dan pengendalian ketatnya, bekerja baik dalam perusahaan yang
menginginkan pengendalian biaya yang ketat.
Ukuran
dan Struktur. Banyak terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa ukuran organisai mempengaruhi strukturnya. Perusahaan besar biasanya yang
memiliki lebih dari 2000 karyawan cenderung untuk memiliki lebih banyak
spesialisasi, departementalisasi, sentralisasi, dan aturan, daripada perusahaan
kecil. Tetapi, begitu suatu organisasi berkembang hingga melampaui ukuran
tertentu, ukuran tersebut memiliki pengaruh yang lebih sedikit terhadap
struktur. Mengapa? Pada dasarnya begitu karyawan mencapai 2000 orang,
organisasi sudah berada dalam kondisi mekanistik. Menambah 500 karyawan lagi
tidak akan berpengaruh banyak pada struktur. Sebaliknya, menambah 500 karyawan
dalam organisasi yang haya terdiri dari 300 karyawan cenderung akan membuatnya
lebih mekanistik.
Teknologi
dan Struktur. Setiap organisasi menggunakan sebagian
bentuk teknologi untuk mengubah input kedalam output. Sebagai contoh, para
pekerja di fasilitas Whirlpool di Manaus,Brasil, membuat oven microwave dan
penyejuk udara melalui lini perakitan terstandardisasi. Riset awal mengenai
dampak teknologi terhadap struktur organisasi bisa ditelaah sejak era joan
Woodward, yangg meneliti perusahaan-perusahaan manufaktur kecil di Inggris
selatan untuk mengukur tingkat sampai dimana elemen-elemen desain struktural berhubungan
dengan keberhasilan organisasi. Woodward membagi perusahaan ke dalam tiga
kategori teknologi yang memiliki strata tingkat kompleksitas dan kecanggihan
tertentu. Kategori pertama, produksi
unit (unit production),
menggambarkan produksi barang-barang kedalam unit-unit atau batch kecil. Kategori kedua, produksi massal (mass production), menggambarkan proses manufaktur dalam batch besar. Kategori ketiga, yang
paling kompleks secara teknis, produksi
proses (process production),
meliputi produksi dengan proses yang kontinu. Secara umum, semakin rutin
teknologi digunakan, semakin mekanistik strukturnya, dan organisasi dengan
teknologi yang kurang rutin digunakan cenderung lebih bersifat organik.
Ketidakpastian
Lingkungan dan Struktur. Sebagian organisasi menghadapi
lingkungan yang stabil dan sederhana dengan ketidakpastian yang rendah;
sementara organisasi lainnya menghadapi lingkungan yang dinamis dan kompleks
dengan banyak ketidakpastian. Manajer berusaha meminimalkan ketidakpastian
lingkungan ini dengan menyesuaikan struktur organisasinya. Dalam lingkungan
yang stabil dan sederhana, desai mekanistik bisa lebih efektif. Di sisi lain,
dengan semakin tingginya ketidakpastian lingkungan, suatu organisasi semakin
membutuhkan fleksibilitas dari desain organik.
Sudut
Pandang Sekarang. Bukti dari hubungan struktur ini
membantu menjelaskan mengapa banyak manajer masa kini merekstrukturisasi
organisasi mereka agar lebih ramping, gesit, dan fleksibel. Hadirnya persaingan
global, semakin pesatnya inovasi produk oleh pesaing, meningkatnya permintaan
konsumen akan produk berkualitas dan pelayanan cepat merupakan contoh dorongan
lingkungan yang dinamis. Organisasi mekanistik menghadapi kesulitan dalam
merespons perubahan dan ketidakpastian lingkungan yang cepat ini. Akibatnya,
semakin banyak organisasi yang beralih ke struktur organik.
2.3
DESAIN ORGANISASI YANG UMUM
2.3.1
DESAIN ORGANISASI TRADISIONAL
Ketika merancang sebuah struktur, manajer bisa memilih
salah stu dari desain-desain organisasi tradisional. Struktur ini cenderung
bersifat mekanistik.
Struktur
Simpel. Sebagian besar perusahaan merintis
kewirausahaannya dengan menggunakan struktur
simpel, yakni desain organisasi dengan departementalisasi rendah, rentang
pengendalian yang luas, wewenang yang tersentralisasi pada satu orang, dan
sedikitnya formalisasi. Akan tetapi, dengan semakin banyaknya pekerja,
kebanyakan perusahaan beralih dari struktur simpel ini. Struktur perusahaan
kemudian berubah menjadi lebih terspesialisasi dan terformalisasi. Kekuatan:
cepat, fleksibel, pemeliharaannya hemat, akuntabilitasnya jelas. Kelemahannya: kurang
layak ketika organisasinya berkembang, bertumpu pada satu orang saja terlalu
berisiko.
Struktur
Fungsional. Merupakan desain organisasi yang mengelompokkan
keahlian pekerjaan yang serupa atau terkait. Anda bisa membayangkan struktur
ini sebagai departementalisasi fungsional yang diterapkan pada seluruh bagian
organisasi. Kekuatan: keunggulan penghematan biaya dari spesialisasi (skala
ekonomis, duplikasi minimal dari personel dan peralatan), para pekerja
dikelompokkan dalam pembagian tugas kerja yang sejenis. Kelemahan: mengejar
sasaran fungsional bisa mengakibatkan manajer kehilangan arah tentang apa yang
terbaik bagi organisasi secara keseluruhan, spesialis struktural menjadi
terisolasi dan hanya memiliki sedikit pemahaman tentang apa yang dikerjakan
unit organisasi lainnya.
Struktur
Divisional. Merupakan struktur organisasi yang terdiri dari
unit-unit atau divisi bisnis yang terpisah. Dalam struktur ini, setiap divisi
memiliki otonomi terbatas, dengan seorang manajer divisi yang memiliki wewenang
atas unitnya dan bertanggung jawab atas kinerja unit tersebut. Namun, dalam
struktur divisional, perusahaan induk biasanya bertindak sebagai pengawas
eksternal untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan berbagai divisi yang ada,
dan sering kali memberikan layanan pendukung seperti bantuan hukum dan
finansial.
2.3.2
DESAIN ORGANISASI KONTEMPORER
Manajer
menemukan bahwa desain tradisional sering kali tidak cocok dengan lingkungan
sekarang yang lebih dinamis dan kompleks. Justru, organisasi harus lebih
ramping, fleksibel, dan inovatif; dengan kata lain, organisasi harus lebih
organik.
Struktur
Tim.
Merupakan bentuk dari keseluruhan organisasi yang terdiri dari tim-tim kerja
yang melakukan tugas-tugas organisasi. Dalam struktur ini, pemberdayaan pekerja
sangat penting karena tidak ada hierarki wewenang manajerial dari atas kebawah.
Yang ada justru tim-tim pekerja mendesain dan melakukan pekerjaan yang dianggap
baik bagi mereka, tapi mereka juga bertanggung jawab atas semua hasil kinerja
pekerjaan dalam bidang mereka masing-masing. Dalam perusahaan besar, struktur
tim melengkapi apa yang disebut struktur fungsional atau divisional. Hal ini
memungkinkan organisasi untuk memiliki efisiensi suatu birokrasi sekaligus
memberikan fleksibilitas yang diberikan struktur tim. Keunggulan: pekerja
merasa lebih terlibat dan diberdayakan, mengurangi hambatan diantara
bidang-bidang fungsional. Kekurangan: tidak ada rantai komando yang jelas,
tekanan diberikan kepada masing-masing tim dalam berkinerja.
Struktur
Matriks dan Proyek. Dalam struktur ini, para pakar dari
berbagai departemen fungsional bekerja bersama dalam proyek yang dipimpin oleh
seorang manajer proyek. Salah satu aspek khas dari desain ini adalah bahwa
desain tersebut menciptakan rantai
komando ganda dimana pekerja memiliki dua manajer- manajer bidang
fungsional dan manajer produksi atau proyek- yang berbagi wewenang. Agar dapat
bekerja dengan efektif, kedua manajer harus berkomunikasi secara berkala,
mengoordinasikan tuntutan kerja atas para pekerja, dan menyelesaikan konflik
bersama.
Banyak organisasi kini menggunakan struktur proyek, dimana para pekerja senantiasa memberikan kontribusi dalam proyek-proyek. Tidak seperti
struktur matriks, struktur proyek tidak memiliki departemen formal dimana para
pekerja menyumbangkan kemampuan, keahlian dan pengalaman mereka kedalam proyek
baru. Keunggulan: desain luwes dan fleksibel yang dapat merespons perubahan
lingkungan, pengambilan keputusan lebih cepat. Kekurangan: rumitnya menugaskan
orang-orang kedalam proyek,rawannya terjadi konflik pekerjaan dan kepribadian.
Organisasi
Tanpa-Batas. Dimana desain suatu organisasi tidak
didefinisikan, atau dibatasi, pada batas-batas horizontal, vertikal, ekstrnal
yang diterapkan oleh struktur yang diterapkan sebelumnya. Banyak organisasi
menuai kesuksesan setelah melakukan gagasan menghilangkan batas-batas vertikal
dan horizontal dan memupus hambatan eksternal antara perusahaan dengan konsumen
dan pemasok. Mereka bisa beroperasi sangat efektif dengan mempertahan kan sifat
fleksibel dan tidak terstrukturnya, dimana struktur yang ideal bagi mereka
adalah tidak memiliki struktur yang kaku, terikat, dan standar.
Ada
dua jenis batasan: (1) internal,
batasan horizontal yang ditanamkan oleh spesialisasi kerja dan
departementalisasi serta batasan vertikal yang memisahkan pekerja berdasarkan
level dan hierarki organisasinya; dan (2) eksternal, batasan yang memisahkan
organisasi dari konsumen, pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk
meminimalkan atau mengeliminasi batasan ini, manajer bisa menggunakan desain
struktur maya (virtual) atau jaringan
(network).
Suatu
organisasi maya terdiri dari tim
karyawan inti dan spesialis eksternal yang secara temporer disewa untuk
mengerjakan suatu proyek. Pilihan struktur lainnya bagi manajer yang ingin
meminimalkan atau mengeliminasi batasan organisasi adalah organisasi jaringan, dimana suatu perusahaan menggunakan pekerjanya
sendiri untuk mengerjakan kegiatan perusahaan dan menggunakan jaringan pemasok
eksternal untuk menyediakan komponen produk atau proses kerja yang dibutuhkan.
Bentuk organisasi ini kadang disebut dengan organisasi
modular dikalangan perusahaan manufaktur. Pendekatan struktural ini
memungkinkan organisasi untuk berkonsentrasi pada pekerjaan terbaik mereka
dengan mengalihkan pekerjaan lain kepada perusahaan luar yang bisa
mengerjakannya secara lebih baik. Banyak perusahaan menggunakan pendekatan
tersebut untuk kegiatan pekerjaan perusahaan tertentu.
2.3.3
TANTANGAN DESAIN ORGANISASI MASA KINI
Ketika manajer mencari
tahu desain organisasi yang paling layak untuk mendukung dan memfasilitasi
pekerja agar bisa melakukan pekerjaan mereka secara lebih efisien dan efektif,
mereka harus menghadapi berbagai tantangan.
Menjaga
agar Pekerja Saling Terhubung. Banyak konsep desain
organisasi dikembangkan selama abad ke-20, ketika tugas-tugas pekerjaan masih
bisa ditebak dan konstan, kebanyakan lahan pekerjaan bersifat purnawaktu dan
kontinu, dan pekerjaan dilakukan di kantor perusahaan dibawah pengawasan
manajer. Tantangan terbesar dari desain organisasi bagi manajer adalah mencari
cara untuk tetap menjaga para pekerja yang tersebar dan bermobilitas tinggi
agar tetap terhubung dengan organisasi.
Membangun
Organisasi Pembelajar. Suatu organisasi yang telah
mengembangkan kapasitas untuk secara kontinu belajar, beradaptasi dan berubah.
Dalam organisasi pembelajar, para pekerja secara kontinu mendapatkan dan
berbagi pengetahuan baru kemudian menerapkan pengetahuan tersebut dalam pengambilan
keputusan atau dalam pekerjaan mereka. Ahli teori organisasi mengatakan bahwa
kemampuan suatu organisasi untuk melakukan hal ini, yakni selalu belajar dan
menerapkan hasil pembelajarannya, mungkin satu-satunya sumber keunggulan
kompetitif yang berkesinambungan. Dalam organisasi pembelajar, para pekerja
diseluruh bagian organisasi harus berbagi informasi dan berkolaborasi dalam
kegiatan perusahaan. Dalam lingkungan yag tak berbatas ini, para pekerja saling
bekerja sama dan berkolaborasi dalam menangani tugas-tugas organisasi sebaik
mungkin, dan mereka saling belajar satu sama lain. Terakhir, karena
kebutuhannya akan kolaborasi, tim kerja yang diberdayakan cenderung menjadi
ciri khas utama dari desain struktur organisasi pembelajaran. Tim-tim ini mengambil
keputusan dalam menangani tugas-tugas apapun yang harus dituntaskan atau
menyelesaikan masalah. Dengan tim dan pekerja yang diberdayakan, “ bos-bos”
tidak perlu melakukan pengawasan dan pengendalian yang terlalu ketat.
Sebaliknya, manajer berperan sebagai fasilitator, pendukung, dan pendorong.
Mengelola
Permasalahan Struktural Global. Para peneliti telah
menyimpulkan bahwa struktur dan strategi organisasi di seluruh dunia
sesungguhnya sama, “sedangkan perilaku di dalam masing-masing organisasi
mempertahankan keunikan budayanya”. Ketika merancang atau merubah struktur,
para manajer harus mempertimbangkan implikasi kultural atas elemen-elemen
desain organisasi tertentu. Salah satu studi menunjukkan bahwa formalisasi,
aturan dan mekanisme birokrasi, mungkin lebih penting di negara-negara yang
perekonomiannya belum maju, dan kurang penting di negara-negara dengan
perekonomian maju, dimana para pekerjanya memiliki kemampuan dan pendidikan
profesional yang lebih tinggi. Elemen-elemen desai struktural lainnya bisa jadi
juga terpengaruh oleh adanya perbedaan budaya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Struktur organisasi adalah pola tentang
hubungan antara berbagai komponen dan bagian organisasi. Struktur
organisasi-organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang karena
struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota
organisasi. Desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan
penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur merupakan
hasil dari proses desain.
Model desain organisasi terdiri dari
Organisasi mekanistik serta Organisasi Organik. Organisasi mekanistik Yaitu model
yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi.
Sementara, model organisasi organik yaitu menekankan pada pentingnya mencapai
keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi.
Manajer selalu ingin mendesain strutur organisasinya
dengan struktur yang layak. Struktur yang layakini bergantung pada empat
variabel kontinjensi: strategi, ukuran, teknologi, dan ketidakpastian
lingkungan dari suatu organisasi. Semua variabel tersebut juga tidak lepas dari
seperti apa kondisi suatu organisasi tersebut.
Dalam membuat keputusan strutural, manajer memiliki
desain umum yang bisa dipilih: trdisional dan kontemporer. Desain organisasi
tradisional ini cenderung bersifat mekanistik. Sedangkan desain organisasi
kontemporer lebih bersifat organik; yang fleksibel, ramping, dan inovatif.
Disaat manajer menyusun desain organisasi yang paling
layak untuk mendukung perkembangan organisasi dan pemberdayaan karyawan mereka
agar bekerja lebih efektif dan efisien, para manajer dihadapkan pada berbagai
tantangan. Tantangan tersebut antara lain: menjaga agar pekerja saling
terhubung, membangun organisasi pembelajar, dan mengelola permasalahan
struktural global.
Pemikiran Final.
Tanpa memandang desain struktur apa yang dipilih manajer untuk organisasinya,
desain tersebut sebaiknya membantu pekerja mengerjakan tugasnya sebaik mungkin,
seefisien dan seefektif mungkin. Struktur ini sebaiknya mendukung dan
memfasilitasi anggota organisasi saat mereka mengerjakan tugas-tugas
organisasi. Lagi pula, struktur tersebut juga menjadi sarana untuk mencari
jalan keluar.
DAFTAR
PUSTAKA
Robbins, Stephen P dan
Mary Coulter.2007. Oranitational
Behaviour “edisi kesepuluh”. Indeks Kelompok Gramedia.
LAMPIRAN
Mengapa menjaga pekerja agar tetap terhubung merupakan tantangan manajer masa kini?
BalasHapus